21/11/09

BUNG KARNO MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA 2

Proklamasi Kemerdekaan tanpa pertumpahan darah, tanpa banyak manusia Indonesia harus menjadi korban, itulah yang diusahakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta dengan bantuan Pak Bardjo, yang sebagai patriot-patriot senantiasa menempatan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongannya.
-

Bung Karno dan Bung Hatta mengetahui bahwa sejak akhir tahun 1944 Jepang tidak dapat lagi mengimbangi kekuatan militer Sekutu, dan “terpaksa“ harus memberikan kemerdekaan atau berjanji memberikan kemerdekaan kepada bangsa di daerah-daerah yang didudukinya, guna menarik simpati mereka untuk melawan Sekutu. Dengan memperhatikan siaran-siaran radio Belanda, Bung Karno dan Bung Hatta juga mengetahui, jika Sekutu dapat merebut Indonesia, Belanda akan didudukkan kembali oleh Sekutu seperti kedudukannya sebelum perang. Ini berarti Nederlands Indie berdiri kembali.

-

Karena itu yang menjadi musuh utama ialah Belanda, yang dengan bantuan Sekutu pasti tidak lama lagi akan datang ke Indonesia, serta dengan menggunakan Jepang yang sudah kalah sebagai kekuatan yang berkewajiban menjaga keamanan. Dalam keadaan demikian kita akan berhadapan dengan 2 kekuatan, yaitu Sekutu/Belanda dan Jepang. Itu harus dicegah. Karena itu Bung Karno dan Bung Hatta harus bersikap lunak terhadap Jepang, dalam arti tidak mengadakan penyerangan terhadap Jepang, dan mendekati pejabat-pejabat Jepang yang ingin menanam kebaikan demi hubungan baik antara Jepang dan Indonesia dikelak kemudian hari.

-

Maeda dan kawan-kawannya adalah pejabat-pejabat Jepang yang dimaksudkan itu, yang dalam hal itu mendapat restu dari atasannya, Laksamana Shibata, seperti apa yang terjadi dalam pertemuan di Singaraja.

-

Adapun konsensus rahasia yang dicapai antara Bung Karno dan Bung Hatta (atas bantuan Maeda dan kawan-kawannya, didalam kelompok ini termasuk jenderal-jenderal Angkatan Darat Jepang di Jakarta) dengan penguasa Jepang di Jakarta kurang lebih sebagai berikut :

-

Pertama, penguasa Jepang pura-pura tidak mengetahui bahwa Indonesia Merdeka akan diproklamasikan, oleh karena itu tidak sempat mencegahnya.

-

Kedua, setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, penguasa Jepang secara resmi melakukan protes (tidak setuju) tapi berjanji tidak akan melakukan tindakan kekerasan dalam segala bentuk.

-

Ketiga, Bung Karno dan Bung Hatta berjanji, naskah Proklamasi Kemerdekaan akan disusun sedemikian rupa, sehingga tidak memuat kata-kata yang dapat menghasut masyarakat untuk menyerang orang-orang Jepang, dan juga tanpa kata-kata yang menandakan bahwa Proklamasi Kemerdekaan dinyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas dari Panitya Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

-

Perlu diingat, dalam persetujuan penyerahan Jepang kepada Sekutu terdapat ketentuan, bahwa Jepang harus mempertahankan keadaan status quo. Teks Proklamasi (lihat teks Proklamasi di atas) disusun antara lain juga memperhatikan ketentuan tersebut.

-

Kita mengetahui, konsensus itu telah dilaksanakan. Dan naskah Proklamasi yang pendek dan padat itu sesuai dengan harapan Jepang.

-

Kita juga menyaksikan, Jepang pada tanggal 17 Agustus 1945 dan seterusnya tidak melakukan kekerasan di Jakarta. Bahkan beberapa orang Jepang, diantaranya Laksamana Shibata di Surabaya menyerahkan banyak senjata kepada kita. Juga banyak pejabat Jepang dengan sukarela menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, berkebangsaan Indonesia, seperti jabatan Residen diserahkan kepada wakilnya yang berkebangsaan Indonesia.

-

Tapi ada juga yang kita sayangkan karena lengah: PETA (Tentara Pembela Tanah Air terdiri dari orang-orang Indonesia yang dibentuk oleh Jepang, untuk membantu Jepang di medan perang) praktis sudah dibubarkan pada detik Proklamasi. Daidancho (komandan batalyon berpangkat mayor) PETA Jakarta dan para daidancho lainnya pada tanggal 17 Agustus 1945 itu tidak ada di tempat, tapi dikumpulkan di Bandung (?), dan senjata-senjatanya sudah diamankan oleh pihak Jepang. (Sumber: dicuplik dari buku berjudul Saksi Sejarah“ oleh Dr. R. Soeharto).

-

PK 2 Konsep (draft) asli teks proklamasi yang ditulis oleh Bung Karno.

-

-

PK 3 Naskah Proklamasi yang diketik oleh Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta. Naskah asli proklamasi ini ditempatkan di Monumen Nasional (Monas) Jakarta.

-

-

PK 4 Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmati Soekarno digebyarkan di depan para saksi, setelah pembacaan proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, siap dinaikkan ke atas tiang bendera. Pengibar bendera adalah Latif Hendraningrat. Bendera Pusaka ini dikibarkan kembali setiap tahun pada tanggal 17 Agustus untuk memperingati detik-detik yang paling penting dalam sejarah bangsa Indonesia. (Mulai tahun 1968 bendera yang dikibarkan adalah duplikatnya untuk menjaga agar Bendera Pusaka tidak rusak).

-

-

PK 5 Upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, sesaat setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

-

-

PK 6Rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur no. 56, Jakarta.

-

1 komentar: